~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~The Word Inside the Word~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Bicara dari Tanah Kubur

dari Abdullah bin Umar ra. Bahwa orang mukmin itu apabila diletakkan di dalam kuburnya maka kuburnya itu dilapangkan 70 hasta, ditaburi harum-haruman dan ditutup dengan kain sutera. 
Apabila ia hafal sebagian dari Al-Qur’an maka apa yang dihafalnya itu menerangi seluruh kuburnya dan apabila ia tidak hafal, maka ia dibuatkan cahaya seperti matahari di dalam kuburnya. Ia bagaikan pengantin baru yang tidur dan tidak dibangunkan kecuali oleh isteri yang sangat dicintainya. Kemudian ia bangun dari tidurnya seakan-akan ia belum puas dari tidurnya itu.




Sedangkan orang kafir, maka kuburnya disempitkan atasnya sehingga tulang-tulangnya masuk ke dalam perutnya lantas didatangi berbagai macam ular yang besar sebesar leher unta, dimana ular-ular itu makan dagingnya sehingga tidak tersisa daging pada tulangnya. Kemudian datang kepadanya malaikat yang tuli, bisu dan buta dengan membawa cambuk-cambuk dari besi. Mereka memukulnya dengan cambuk-cambuk itu tanpa mendengar jeritan dan melihat orang itu sehingga tidak akan timbul rasa belas kasihan kepadanya. Disamping itu neraka selalu diperlihatkan kepadanya baik diwaktu pagi mahupun petang. 




Tiada yang harus dikhuatirkan dalam kematian. Ia adalah pintu yang setiap orang pasti akan memasukinya. Tetapi apa yang akan terjadi setelah kematian? Apakah yang berupa taman dan sungai yang mengalir, dalam tempat yang dijanjikan Allah; ataukah berupa kesesatan dan api yang bergejolak?


Kalau kita mahu mencermati kematian, niscaya kita tahu bahawa ia adalah perkara yang besar. Ia adalah piala bergilir bagi setiap orang yang berdiam di suatu tempat, mahupun yang suka berkelana. Dengannya, seorang hamba keluar dari dunia menuju syurga atau neraka. Bagi orang-orang soleh, sangat rindu, ingin bertemu Rabb mereka. Menyiapkan bekal kematian, yang menjadi gerbang menuju ke akhirat. Mereka bahagia menyambut kematian, selagi kematian itu mendekatkan diri kepada Rabb mereka. Demi Allah itulah keberuntungan yang besar ketika dihadapkan pada Rabbul ‘Alamin, mereka bangga dengan cara kematian yang mereka alami. Wajah mereka putih dan darjat mereka tinggi. Orang-orang soleh menghadapi kematian dengan jiwa yang tenang. Tujuan mereka hanya satu; mati dalam keadaan diredhai Allah Azza Wajalla. Sebagaimana firmanNya:


Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dengan sebenarnya, dan jangan sampai kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim.
Al-Baqarah:132


Dipetik dari: Dr. A’idh Al-Qarni et. al (2004), Malam Pertama di Alam Kubur. Solo: (terj.) Pustaka Noor, (asal) Maktabah Sha’idul Fawa’id.




. Allahuam,, 

0 komen disini:

Post a Comment

titipkan sepatah dua kata untukku runtum penuh hikmah

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...